Sabtu, 22 April 2017

Pemanfaatan Teknologi Dalam Layanan Profesi Kehidupan Sehari-Hari


Teknologi Dunia Kedokteran Mata
        Dokter mata tentunya profesi yang sudah dipercaya dan terverifikasi bagi masyarakat untuk sekedar melakukan pemeriksaan rutin terhadap mata hingga berobat untuk mata yang bermasalah. Penemuan yang dilakukan oleh peneliti, ilmuwan, dan dokter mata yang menghasilkan inovasi menggunakan teknologi        dalam dunia kedokteran mata tentu memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat saat ini. Berikut        adalah contoh teknologi yang digunakan dalam dunia kedokteran mata.
  1.        6 Dimension Z-LASIK
Teknologi 6 Dimension Z-LASIK yang digunakan oleh rumah sakit mata Jakarta Eye Center (JEC). 6 Dimension Z-LASIK merupakan generasi terbaru Laser Excimer, yaitu LASIK tercepat di dunia dengan     tingkat akurasi tinggi dengan keamanan lebih baik.
6D Z-LASIK menggabungkan kecepatan ablasi kornea yang sangat tinggi dengan sistem pelacak   turbo aktif dalam 6 dimensi gerakan mata. Itu berarti bila mata pasien bergerak tak beraturan sekalipun,      sinar laser tetap bekerja ditempat yang tepat. Hadir dengan kecepatan 750Hz teknologi ini sangat unggul   menghilangkan minus, plus maupun silinder.

     2.  Implantasi Phakic IOL
Teknologi ini berguna sebagai tanam lensa menggunakan teknologi baru. Bernama implantasi       Phakic IOL atau intraocular lens (lensa tanam). Implantasi Phakic IOL adalah lensa kecil dari bahan           polimetil metakrilat (Pmma). Ditanam di antara kornea dan iris  mata. Lensa Phakic IOL telah menjalani uji coba lama. Dan sudah disetujui FDA,badan pengawas obat dan makanan Amerika. Untuk diketahui,         prosedur pemasangan implantasi Phakic IOL sangat aman. Hanya 15-30 menit per mata. Operasi cukup   bius lokal, dan tak perlu rawat inap. Sehari setelah operasi, mata pun langsung bisa melihat jelas.

 Implantasi Phakic IOL memang dipasang di bawah kornea. Tepatnya menempel pada iris.            Prosedur operasi dimulai dengan meneteskan cairan untuk mengecilkan pupil. Setelah dibius tetes, dibuat  sayatan kecil pada kornea untuk memasukkan lensa di antara kornea dan iris. Lalu, lensa ditempatkan di  tengah dan di depan pupil. Pinggiran lensa dijepitkan pada iris sehingga lensa tidak bisa bergeser            posisinya. Setelah lensa terpasang, sayatan ditutup dengan jahitan kecil. Lensa Phakic IOL bahkan bisa    digunakan secara permanen. Namun, lensa juga dapat diangkat kembali bila ada situasi yang                  mengharuskan. Atau prosedur ini sifatnya reversible.

      3.  Autorefractor dan Aberrometer
Autorefractor atau aberrometer digunakan oleh dokter mata untuk secara otomatis menentukan      resep pasien. Biasanya kedua alat ini digunakan oleh pasien dengan meletakkan dagunya, lalu pasien      akan melihat menentukan gambar atau cahaya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa autorefractor modern sangat akurat. Autorefraction hanya     membutuhkan waktu beberapa detik dan hasil yang diperoleh dari tes otomatis sangat mengurangi waktu   yang dibutuhkan untuk melakukan refraksi manual dan menentukan resep kacamata pasien yang               dilakukan oleh dokter mata


     Sebuah aberrometer menggunakan teknologi wavefront canggih untuk mendeteksi kesalahan          bahkan mengaburkan visi berdasarkan menerangi jalan perjalanan melalui mata. Aberrometer terutama        digunakan untuk kustom atau prosedur visi koreksi wavefront LASIK, namun banyak dokter mata              sekarang menggabungkan teknologi canggih ini dalam pemeriksaan rutin mata mereka juga.

    4.  Teknologi HD iLASIK
Teknologi High-Definiton iLASIK™ ini merupakan teknologi operasi lasik mata yang dikeluarkan oleh     Klinik Mata Nusantara (KMN). Teknologi iDesign™ menggunakan sensor High-Definition, sehingga           memberikan tajam penglihatan yang semakin menakjubkan. Teknologi iDesign™ menghasilkan                 High-Definition 3-D Map (pemetaan 3 dimensi) dari mata. Sensor High-Definition mampu menangkap 1.200 data point, sehingga jauh lebih akurat dalam mengukur ketidaksempurnaan tajam penglihatan di masing-  masing mata. Selanjutnya teknologi "Advanced CustomVue™ System" akan melakukan treatment untuk    masing-masing mata berdasarkan hasil pemetaan tersebut.
Untuk menjalani HD Ilasik ini terdiri dari 3 proses, yaitu:
  • 3D Corneal Mapping



Pada proses pertama ini, dilakukan pemeriksaan untuk menganalisa dan menentukan karakteristik tajam penglihatan. Karena setiap mata adalah unik seperti halnya sidik jari atau DNA, maka dokter          memerlukan analisa yang sangat akurat dan detail. KMN menggunakan teknologi terbaru dan tercanggih    yaitu teknologi iDesign™ dengan  alat iDesignTM Advanced WaveScan Studio yang menggunakan sensor High-Definition yang mampu menangkap 1.200 data point dan mengukur ketidaknyamanan yang terjadi di mata, 25 kali lebih akurat dibandingkan metode lainnya, sehingga jauh lebih akurat dalam mengukur           ketidaksempurnaan tajam penglihatan di masing-masing mata. Teknologi iDesign™ menghasilkan High-     Definition 3-D Map (pemetaan 3 dimensi) dari mata Anda. 
  • Lasik Flap
Proses kedua dari HD iLASIK™ adalah pembuatan flap. Pembuatan flap di KMN menggunakan            teknologi iFS™ Advanced Femtosecond Laser. Pada tahap ini 100 % flap dibuat dengan menggunakan      laser (blade free), yang akan menghasilkan flap yang benar-benar personal untuk Anda. Keunggulan          teknologi ini adalah: waktu yang lebih cepat, hanya 10 detik, dibandingkan teknologi femtosecond laser      lainnya yang memerlukan waktu 30 - 40 detik. Selain itu flap lebih licin dan halus, flap memiliki ketebalan    yang benar-benar sesuai dengan yang diinginkan dan rata pada semua bidang flap yang dibuat.
  • Personalized Vision Corrector
Merupakan proses ketiga, yaitu proses Laser untuk mengoreksi ketidaksempurnaa tajam             penglihatan. KMN menggunakan teknologi VISX™ Advanced CustomVueTM pada proses ini NASA dan   US Military mengijinkan dilakukannya prosedur High Definition iLASIK™ ini pada para astronot mereka,     para teknisi, dan termasuk pada pilot-pilot pesawat tempur mereka. Tentunya hanya dengan                    menggunakan teknologi yang sama dengan teknologi yang digunakan dalam prosedur High Definition        iLASIK™.

    5. Lensometer
Lensometer adalah instrumen optik yang digunakan untuk mengukur kekuatan lensa (Dioptri),            mengetahui arah base lensa prisma dan mengetahui titik fokus sebuah lensa. Dalam perkembangannya   Automatic Lensometer dapat pula dipergunakan untuk mengukur nilai kemampuan material lensa dalam   menahan radiasi sinar Ultra Violet (UV).
    
    6. Phoropter
Phoropter adalah instrumen untuk mengukur ametropias, phorias dan amplitudo akomodasi mata, yang terdiri dari berbagai lensa coba yang berbeda digunakan menilai refraksi mata selama pengujian        penglihatan, sehingga diketahui kesalahan bias pasien dan menentukan resep kacamatanya.

    7. Slit Lamp
Slit Lamp adalah instrumen yang digunakan untuk memeriksa penyakit/kelainan pada mata yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, ada yang mengartikan sama dengan mikroskop mata. Mata pasien      akan diberi sumber cahaya intensitas tinggi yang difokuskan ke mata. Pemeriksaan meliputi kelopak       mata, sklera, konjungtiva, iris, lensa kristal, dan kornea. Pemeriksaan slit lamp memberikan pandangan     diperbesar stereoskopik dari struktur mata secara rinci, memungkinkan diagnosis secara anatomi dibuat   untuk berbagai kondisi mata.

    8. Non Contact Tonometer
Alat pengukur tekanan bola mata (Tekanan Intra Okuler) secara otomatis, tanpa menyentuh bola mata. Terutama digunakan untuk pengendalian penyakit glaukoma.

     9. Optical Coherence Tomography (OCT)
Instrumen teknologi tinggi yang melakukan pencitraan resolusi tinggi cross-sectional. OCT mempunyai analogi yang hampir sama dengan pencitraan USG, kecuali bahwa ia menggunakan cahaya, bukan           gelombang us. OCT dapat memberikan gambar penampang struktur jaringan pada skala mikron di tempat  dan real time, guna menvisualisasikan perubahan yang terjadi akibat suatu penyakit pada retina mata.      Alat ini tidak kontak langsung dengan bola mata sehingga dapat mengurangi efek samping yang             merugikan mata.

     10. Teknologi 7 Dimension Z-LASIK
Teknologi lasik mata ini dikeluarkan oleh Jakarta Eye Center (JEC) yang telah memiliki teknologi          lengkap seperti LASIK Xtra, No Touch LASIK, Z2 LASIK, M-LASIK, dan surface Ablation (PRK, LASEK,    dan EpiLASIK). Saat ini JEC telah menambahkan teknologi terbaru yaitu 7 Dimension Z-LASIK                  (7 D ZLASIK). Teknologi 7 Dimension Z-LASIK (7D Z-LASIK) adalah metode LASIK terbaru di JEC            dengan inovasi sistem excimer laser berkecepatan tinggi (1050Hz) yang dikolaborasikan dengan mesin      Ziemer Crystalline 5000 Khz (Femtosecond Laser). 
Kombinasi tersebut membuat 7D Z-LASIK memiliki kecepatan tertinggi dari semua jenis excimer laser yang ada di dunia saat ini. 7D Z-LASIK mampu melacak 7 dimensi gerakan bola mata saat proses LASIK   dengan menggunakan sistem Latency-Free Tracking. Sistem pelacak Latency-Free Tracking ini mampu   menembakan excimer laser tanpa ada jeda waktu (zero latency time) mengikuti pergerakan bola mata       normal. Dengan kemampuannya itu, 7D Z-LASIK ini mampu memperbaiki kondisi refraktif mata minus,       plus dan silinder dalam waktu yang sangat singkat, hanya 1,3 detik per dioptri. Hal ini memastikan             7D Z-LASIK dapat memberikan keamanan maksimum dan otomatis kenyamanan pasien pun meningkat.  

     11.  Intralase Enabled Keratoplasty (IEK)
Intralase Enabled Keratoplasty (IEK) merupakan teknologi terbaru dari teknik operasi transplantasi (cangkok) kornea dengan menggunakan Intralase Femtosecond Laser. Teknik operasi pada IEK berbeda     dengan teknik operasi keratoplasty konvensional. Pada teknik IEK adalah kombinasi antara refractive dan   cornea surgery.
Keunggulan dari Intralase Enabled Keratoplasty (IEK) :
  •  Hasil pemotongan kornea dengan akurasi fitting lebih tinggi dibandingkan dengan teknik  konvensional.
  •  Stabilitas dan kekuatan kornea donor yang ditransplantasi lebih tinggi.
  •  Membutuhkan jumlah jahitan di kornea yang lebih sedikit dibanding dengan teknik        konvensional.
  •  Jumlah jahitan yang lebih sedikit juga mengurangi resiko peradangan pasca operasi.
  •  Astigmatism lebih kecil dan efeknya terhadap perbaikan penglihatan cepat tercapai.
  •  Proses penyembuhan relatif lebih cepat.


    12. Microkeratome LASIK (M-LASIK)
Teknologi Microkeratome Lasik ini pertama kali dilakukan di Indonesia oleh Jakarta Eye Center (JEC)   pada tahun 1997. Microkeratome adalah tindakan pembedahan menggunakan pisau bedah yang sangat     kecil, untuk membuat flap berukuran 83-200  mikrometer di kornea. Kornea mata kita biasanya berukuran  antara 500-600 mikromete dengan 1 mikrometer = 0.0001 sentimeter

   13.  IntraLASIK
Pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 2006 oleh JEC. LASIK tanpa pisau bedah ini         menggunakan teknologi Intralase Femtosecond (iFS) dengan kecepatan 150 KHz dikombinasi dengan       mesin teknologi Jerman; Allegretto Wave EyeQ 400Hz (Excimer Laser) yang merupakan mesin LASIK       tercepat di dunia pada era tersebut.

14.   Z2-LASIK


Z-Lasik adalah penyempurnaan dari IntraLASIK. Teknologi ini diproduksi oleh Ziemer Group,          perusahaan multinasional dari Swiss dengan reputasi di bidang Ophtalmology. Z2-Lasik                    menggabungkan mesin Ziemer 5000KHz (Femtosecond Laser) dan Allegretto Wavelight EX500Hz       (Excimer Laser). Teknologi ini mampu membuat flap atau sayatan yang lebih kecil serta cepat pada     kornea dibanding teknologi sebelumnya. Penggunaan teknologi ini untuk memperbaiki penglihatan       telah disetujui lembaga dunia seperti: US Army, US Navy, US Air Force, Marine Corps dan NASA.

15. Advance Surface Ablation (PRK, LASEK dan EpiLASIK)
Teknologi ini digunakan untuk beberapa pasien dengan kondisi kornea terlalu tipis yang tidak        disarankan untuk prosedur lasik. Mereka biasanya dianjurkan menjalani proses Surface Ablation untuk    memperbaiki kualias penglihatan. Advance Surface Ablation (ASA) adalah teknologi yang efektif               memperbaiki penglihatan dengan menggunakan laser. Teknologi ini memperbaiki mata minus, mata plus     dan mata silinder (astimatism) dengan sentuhan seminimal mungkin pada mata. Teknologi ini dikenal juga dengan sebutan Photo-Refractive Keratectomy.
Pasien dianjurkan menggunakan teknologi ini jika:
  • Memiliki kornea yang terlalu tipis.
  • Mata yang cenderung kering.
  • Pada atlet beladiri atau tinju yang sering terkena pukulan di tubuh atau mata.
Hasil tindakan Advanced Surface Ablation tetap sebaik LASIK jika dilihat secara jangka panjang. Namun proses penyembuhan diawal biasanya lebih lama. Setelah tindakan Advanced Surface Ablation umumnya dokter menyarankan penggunaan lensa kontak sambil menunggu proses pemulihan. Lensa kontak akan dipasang dan dilepas oleh dokter  yang menangani sehingga pasien tidak perlu menyentuh lensa kontak tersebut.

             Berbagai teknologi yang digunakan dalam dunia kedokteran mata yang telah disebutkan tentu mendatangkan banyak manfaat, namun tentunya masih terdapat kendala yang dihadapi oleh masyarakat yang sedang memiliki kondisi tidak baik pada mata, yaitu biaya yang cukup mahal untuk menikmati berbagai teknologi tersebut karena penemuannya untuk melakukan suatu inovasi teknologi jugalah tidak mudah, untuk itu masyarakat yang mempunyai mata dengan kondisi sehat diharapkan menjaga sebaik mungkin dengan mengikuti pola hidup sehat.


Referensi :








      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar