Senin, 24 Desember 2018

TUGAS KELOMPOK AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI # 3


AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI PADA LINGKUNGAN
SISTEM INFORMASI PERSONAL


   A.    Sistem Informasi Personal
    Sistem Informasi Personal merupakan sistem yang memungkinkan seseorang mengumpulkan, mengatur, menyimpan, dan mengambil gagasan dan informasi yang berguna bagi individu. Sistem Informasi Personal mendukung terlaksananya fungsi Human Resoursces yang lain, bertanggung jawab terhadap employee Database, Payroll dan pembayaran benefit lainnya, pinjaman karyawan, absensi, dan pencatatan cuti tahunan.
Sistem informasi personal merupakan sistem informasi yang memberikan informasi kepada individu.  Ada 4 macam informasi yang dimaksud :
1.   Informasi pribadi seperti data riwayat medis dan performa tubuh individu di saat ini (denyut jantung, tekanan darah, keadaan paru-paru,dll).
2.  Informasi terkait preferensi seperti jenis buku favorit, jenis musik favorit, dan jenis makanan favorit.
3. Informasi terkait kenyamanan seperti history pemakaian pakaian, kecocokan pakaian yang kita pakai dengan acara yang akan dihadiri. Selain itu, sistem informasi personal juga menyediakan informasi tentang cuaca hari ini di tempat tertentu.
4.   Informasi terkait keselamatan seperti apakah tempat wisata yang akan kita kunjungi termasuk tempat yang kena travel warning, history bencana alam di suatu tempat, dan pemberitahuan jika terjadi bencana alam di tempat yang kita sedang kunjungi.
Layanan yang diberikan kepada indivu oleh sistem informasi personal adalah sbb:
1.    Personal Health Service (PHS). PHS menyediakan data riwayat medis dari Individu. PHS sangat penting bagi individu karena bisa membantu menentukan apakah jenis olahraga yang dilakukan cocok dengan riwayat medis. Selain itu, PHS juga membantu individu memutuskan apakah makanan yang akan dibeli di sebuah supermarket bermanfaat bagi tubuh atau tidak.
PHS adalah layanan yang disediakan oleh Sistem Informasi Departemen Kesehatan. Untuk menggunakannya, sistem informasi personal harus mengakses Application Programming Interface (API) yang disediakan oleh Sistem Informasi Departemen Kesehatan.
2.    Current Body Performance Service (CBPS). CBPS memberitahukan kepada individu performa dari tubuhnya saat ini. CBPS penting bagi individu, karena bisa membantu individu mengetahui kondisi terkini dari tubuhnya mulai dari tingkat stress, tekanan darah, denyut jantung, kondisi pernafasan, jantung sampai paru-parunya ketika sedang beraktivitas. Dengan mengetahui kondisi terkini dari tubuhnya, individu bisa memastikan apakah dia fit atau tidak ketika akan memulai sesuatu aktivitas. CBPS adalah layanan yang disediakan oleh perusahaan ROLEX. Perusahaan ROLEX membuat jam tangan khusus yang memiliki fitur bisa mengirimkan ke Web Application Server ROLEX kondisi tubuh terkini dari individu. Web Application Server Rolex akan mengolah data tersebut dan menghasilkan informasi. Informasi itu akan diagregasikan ke dalam sebuah mashup. Nah, mashup itulah yang diambil dan ditampilkan oleh sistem informasi personal kepada individu.
3.    Personal Preference Service (PPS). PPS memberitahukan kepada individu apa saja produk-produk yang disukainya. PPS penting bagi individu, karena memudahkan individu untuk mengetahui produk yang disukai dari sebuah toko buku / toko musik / tempat perbelanjaan. PPS juga memberitahukan kepada individu produk apa saja yang sudah pernah dibeli di suatu toko buku / toko musik. Dengan demikian, individu akan terhindar dari membeli produk yang sama tapi dikemasberbeda. PPS adalah layanan yang disediakan oleh e-commerce konsorsium pedagang retail. Setiap transaksi yang dilakukan oleh individu direkam oleh e-commerce ini untuk diolah menjadi personal preference information. Selanjutnya e-commerce mengemas personal preference information ke dalam PPS. Untuk bisa menggunakan PPS ini, maka sistem informasi personal mengakses API yang disediakan oleh e-commerce konsorsium pedagang retail.
4.    Personal Comfortable Service (PCS). PCS memberitahukan kepada individu history dari pakaian yang ada di lemari. Selain itu, PCS juga memberikan informasi cuaca di tempat individu berada pada saat ini. PCS penting bagi individu, karena bisa membantu individu memutuskan pakaian apa saja yang cocok dikenakan di acara tertentu. PCS juga akan mengingatkan individu untuk mengganti pilihan pakaian jika audiens dari acara yang akan dihadirinya pernah melihat pakaian tersebut. Selain itu PCS juga memberikan saran apa yang harus dipersiapkan individu menghadapi cuaca hari ini. PCS adalah agregator dari 2 layanan yaitu : Wardrobe Intelligent Service (WIS) dan Weather Forecast Service (WFS). WIS disediakan oleh Wardrobe Intelligent System. Setiap kali individu menggantung pakaian / meletakkan pakaian ke intelligent wardrobe (lemari pakaian pintar), maka Wardrobe Intelligent System akan mencatat informasi detail dari pakaian tersebut. Begitu juga ketika individu mengambil pakaian tertentu dari intelligent wardrobe, maka Wardrobe Intelligent System akan mengemas statistik pemakaian tersebut ke dalam WIS untuk digunakan oleh sistem informasi personal. WFS merupakan layanan yang disediakan oleh Sistem Informasi Pemantau Cuaca Badan Klimatologi, Meteorologi dan Geofisika (BKMG). sistem informasi personal memperoleh WFS dengan mengakses API yang disediakan oleh Sistem Informasi Pemantau Cuaca BKMG.
5.    Personal Safety Service (PSS). PSS memberitahukan kepada individu status dan informasi detail mengenai keamanan dari suatu tempat. PSS penting bagi individu karena bisa membantu individu untuk memutuskan apakah suatu tempat aman dikunjungi atau tidak. Bila terjadi bencana alam di tempat yang sedang dikunjungi individu, PSS juga akan memberitahukan hal tsb langsung kepada individu. PSS adalah agregator dari dua layanan yaitu : National Safety Service (NSS) dan Real-Time Disaster Tracking System (RDTS). sistem informasi personal menggunakan NSS dengan mengakses API yang disediakan oleh National Safety Department Information System. Sedangkan sistem informasi personal menggunakan RDTS dengan mengakses API yang disediakan oleh Real-Time Disaster Tracking Committee Information System.

  B.   Sistem Informasi Sumbe Daya Manusia (SISDM) / Human Resource Information System (HRIS)
     Menurut Enslikopedia Wikipedia Sistem Informasi SDM (Sumber Daya Manusia)  merupakan sebuah bentuk interseksi atau pertemuan antara bidang ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM) dan teknologi informasi. Sistem Informasi SDM (Human Resources Information System) itu sendiri adalah prosedur sistematik untuk pengumpul, menyimpan, mempertahankan, menarik dan memvalidasi data yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk mempunyai kemampuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau pilihan banyak orang yanglebih berhubungan dengan aktivitas perencanaan SDM baru.
 Sistem Informasi Sumber Daya Manusia memberikan informasi kepada seluruhmanajer perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya manusia perusahaan. HRIS sebagaiunit organisasi yang terdiri dari personel yang mengolah data sumber daya manusia denganmenggunakan teknologi komputer dan non komputer. Tiap perusahaan memiliki sistem untuk mengumpulkan dan memelihara data yangmenjelaskan sumber daya manusia, mengubah data tersebut menjadi informasi, danmelaporkan informasi itu kepada pemakai. Sistem ini dinamakan sistem manajemen sumberdaya manusia (human resource information system) atau HRIS.
      Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS) merupakan sebuah bentuk interseksi/pertemuan antara bidang ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM) danteknologi informasi. sistem ini menggabungkan MSDM sebagai suatu disiplin yang utamanya mengaplikasikan bidang teknologi informasi ke dalam aktifitas-aktifitas MSDM seperti dalam hal perencanaan, dan menyusun sistem  pemrosesan data dalam serangkaian langkah-langkah yang terstandarisasi dan terangkum dalam aplikasi perencaan sumber daya  perusahaan/enterprise resource planning (ERP).


Studi Kasus :
Audit Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Pada Perusahaan Elektronika di Surabaya

      Perusahaan Elektronika di Surabaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha penjualan elektronik dengan cabang yang tersebar di beberapa kota-kota besar di Pulau Jawa. Kebutuhan tenaga kerja yang terus meningkat dan kegiatan ketenagakerjaan yang perlu terintegrasi antar cabang, memerlukan sebuah koordinasi melalui sebuah sistem informasi sumber daya manusia (SISDM). Untuk mengetahui tingkat pengelolaan proses SISDM dengan kebutuhan saat ini diperlukan pengukuran tingkat kapabilitas proses.
       Bagi perusahaan yang bergerak di penjualan barang elektronika ini, sistem informasi sumber daya manusia (SISDM) sudah menunjang integrasi informasi ketenagakerjaan sejak tahun 2007 yang dibangun salah satu vendor ternama di Indonesia. Selama implementasi sistem tersebut, terdapat kendala-kendala manual yang dihadapi, yaitu :
1.    Fitur dari sistem belum terintegrasi dengan data kepegawaian yang ada, sehingga data yang berkaitan dengan karyawan yang dimutasi diperbaiki satu per satu oleh divisi sumber daya manusia secara manual. 
2.    Selama ini divisi sumber daya manusia juga mengalami masalah dalam proses penilaian masih menggunakan sistem Ms. Excel, dan belum terintegrasi dan menyebabkan tidak maksimalnya proses penilaian.
3.    Belum pernah dilakukannya pengevaluasian fungsi sumber daya manusia pada sumber daya manusia pada Perusahaan Elektronika, apakah sudah sejalan dengan sistem informasi sumber daya manusia (SISDM) yang sedang berjalan, sehingga apabila ada masalah bisa dijadikan tolak ukur untuk melakukan perubahaan di kemudian hari.
      Untuk menunjang SISDM yang ada, maka penelitian ini memiliki 2 (dua) buah tujuan yakni:
1.    Proses mengevaluasi manajemen tingkat layanan pada sistem informasi sumber daya manusia (SDM) yang meliputi evaluasi kesenjangan layanan, standar layanan, perjanjian tingkat layanan (SLA), perjanjian tingkat operasional (OLA), katalog layanan (service katalog), laporan kinerja layanan, rencana tindakan peningkatan dan perbaikan dengan menggunakan level kemampuan (capability level).
2.    Untuk memberikan perbaikan mutu manajemen tingkat layanan dalam sistem informasi sumber daya manusia (SISDM).

  Pada penelitian ini digunakan kerangka kerja COBIT 5 dengan domain APO09 – Mengelola Perjanjian Layanan dan ITIL V3 2011 dengan domain SD 4.3. COBIT 5 merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengukur tingkat kapabilitas proses SISDM dan telah dikombinasikan dengan ITIL V3 2011 untuk membantu pengumpulan data audit. Kombinasi kedua kerangka kerja ini yakni ITIL sangat sesuai untuk mendefinisikan strategi, konsep dan proses sebuah layanan TI, sedangkan COBIT sangat sesuai untuk mengevaluasi tingkat layanan, metriks, indikator dan audit .

·      Tentukan obyek audit yang akan dilakukan
      Obyek sistem informasi audit personal yang digunakan adalah pada studi kasus Audit Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Pada Perusahaan Elektronika di Surabaya. Metode objek sistem informasi audit personal yang digunakan dalam kasus ini adalah Audit Around The Computer, karena kami tidak menguji langkah-langkah proses secara langsung tetapi membandingkan input dan output dari sistem.

·     Susun Instrumen Audit yang akan Digunakan
      Berikut alur susun instrumen audit pada penelitian ini :



·   Melakukan Audit
    Tahap penelitian ini diawali dari tahap studi kepustakaan dengan melakukan telaah dokumen bisnis dan studi COBIT 5 dan ITIL V3 2011.  Tahap berikutnya adalah melakukan wawancara, observasi dan kuesioner pada tahap pengumpulan data dan melakukan pengelolaan data.  Dari hasil tersebut dilakukan proses penilaian tingkat kapabilitas dan analisa kesenjangan (gap analysis), sebelum akhirnya hasil audit akan diverifikasi dan melewati tahap strategi perbaikan dan tahap rekomendasi proses.

·      Hasil Audit
1.    Hasil Studi Kepustakaan
    Pada penelitian ini, penulis melakukan 9 (sembilan) studi kepustakaan, yakni:
a.    Kondisi Bisnis pada Perusahaan Elektronika di Surabaya
b.    Sasaran Strategi Organisasi
c.    Analisis SWOT Sistem Informasi SDM
d.    Proses Bisnis Divisi SDM
e.    Kondisi dan Peranan Sistem Informasi SDM
f.     Struktur Organisasi
g.    Identifikasi RACI Chart APO09 (Mengelola Perjanjian Layanan)
h.    Identifkasi Proses APO09 (Mengelola Perjanjian Layanan)
i.     Identifikasi Output Proses SD 4.3 (Mengelola Perjanjian Layanan)
2.    Hasil Temuan Pengumpulan Data SISDM
Berdasarkan studi kepustakaan dan identifikasi yang ada pada sub-bab sebelumnya, melalui aktivitas APO09 berdasarkan COBIT 5 dan aktivitas SD 4.3 berdasarkan ITIL V3 2011 dilakukan proses pemetaan terhadap aktivitas yang telah dilakukan pada Perusahaan Elektronika di Surabaya. Penulis melakukan proses pemetaan dengan membandingkan aktivitas berdasarkan kerangka kerja (COBIT 5 dan ITIL V3 2011) dengan aktivitas yang telah dilakukan, kemudian penulis melampirkan hasil pemetaan aktivitas tersebut.
3.    Hasil Rekapitulasi Tingkat Kapabilitas Kuesioner
Data yang telah melewati tahap pengelolaan data akan dianalisis menggunakan perhitungan tingkat kapabilitas. Dalam menentukan nilai dan tingkat kapabilitas dari APO09 (Mengelola Perjanjian Layanan), rumus 3.1 dan 3.2 yang digunakan adalah metode perhitungan Likert yang digunakan oleh Kridanto Surendro.

     Setelah nilai tingkat kapabilitas ditemukan, maka langkah berikutnya adalah analisa kesenjangan (gap analysis). Analisa gap bertujuan untuk mengukur kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan, sehingga gap dapat teridentifikasi lewat hasil temuan yang belum tercapai dan dapat diperbaiki pada tahap berikutnya.

4.    Analisa dan Penentuan Tingkat Kapabilitas Kuesioner
Pada analisis ini, penulis melakukan pemeriksaan terhadap bukti dan dokumen berkaitan dengan perjanjian layanan SISDM secara bertahap sesuai penilaian kategori tiap level 1 sampai level 5. Proses ini juga bertujuan untuk melakukan perbandingan dengan hasil pengumpulan data hasil temuan pengumpulan data SISDM dengan nilai kapabilitas berdasarkan kuesioner dengan standar Process Assessment Model atau (PAM) dari ISACA [5] dan ISO/IEC 15504-2.
      Masing-masing atribut proses akan dinilai berdasarkan skala penilaian ISO/IEC 15504-2 seperti yang telah tertera dibawah yakni:
o   N – Not Achieved: 0 – 15% achievement
o   P – Partially Achieved:  > 15% – 50% achievement
o   L – Largely Achieved: > 50% – 85% achievement
o   F – Fully Achieved: > 85% – 100% achievement
Dari hasil penilaian kapabilitas proses APO09 – Mengelola Perjanjian Layanan dari Tingkat 1 sampai dengan Tingkat 5 yang telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan, maka dapat dibuat kesimpulan hasil penilaian kapabilitas proses adalah Tingkat 2 (Managed Process) sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di Gambar 2. Hasil penilaian kapabilitas proses dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kesimpulan Hasil Penilaian Kapabilitas Proses APO09
        Berdasarkan hasil penilaian kapabilitas terdapat kesenjangan (gap) antara tingkat kapabilitas yang tercapai yakni 2 (Managed Process) dengan tingkat kapabilitas yang diharapkan yakni 5 (Optimizing Process). Dari data tersebut diperoleh gap diantara setiap proses domain, seperti yang terlihat di Gambar 1.

Gambar 1. Radar Chart Tingkat Kapabilitas Current vs. Target APO09

5.    Verifikasi
Proses verifikasi telah dilakukan penulis pada tanggal pada tanggal 16 November 2017 di Perusahaan Elektronika Surabaya, dengan menyerahkan transkrip wawancara, hasil kuesioner dan hasil observasi (diagram struktur organisasi, diagram proses bisnis dan SWOT) kepada perusahaan untuk   ditandatangani dan diperiksa keabsahannya.
6.    Strategi Perbaikan
Proses strategi perbaikan dilakukan dengan meninjau kebutuhan perusahaan sesuai dengan tujuan bisnis saat ini. Data yang ditinjau adalah berfokus pada strategi jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek perusahaan yang secara lebih detail terdapat pada tahap rekomendasi.

·         Rekomendasi Hasil Audit
      Pada penelitian guna menunjang kesenjangan (gap) terhadap proses APO09, maka dibuat rekomendasi berdasarkan panduan dokumen COBIT 5 dan ITIL V3 2011
a. Perusahaan Elektronika Surabaya diharapkan untuk membentuk divisi khusus audit SISDM atau sistem TI secara global perusahaan, guna menjembatani proses pengelolaan perjanjian layanan SISDM.
b.  Proses bisnis agar selalu diinfokan perubahaannya dan ditinjau ulang oleh seluruh pengguna layanan SISDM, sehingga SISDM fungsinya dapat selalu terbaharukan. Selalu melakukan update pada katalog layanan pada proses layanan yang berbeda. 
c.  Pengelolaan perjanjian layanan SISDM yang belum tercapai, diantaranya:
o  Penilaian tingkat layanan yang tidak hanya menggunakan parameter bug namun lebih kearah kinerja, kapasitas, kontinuitas SISDM sesuai ITIL V3 2011 (SLR), serta terjadwal proses penilaian tingkat layanan tersebut.
o  Katalog layanan sebagai panduan dalam menyediakan informasi khusus mengenai layanan SISDM sesuai ITIL V3 2011
o Evaluasi kinerja layanan sebagai panduan pengelolaan layanan kedepannya, bila dibutuhkan pengembangan terhadap layanan baru.
o  Dokumen SLA sebagai panduan perjanjian tingkat layanan dengan pihak penyedia layanan (vendor ataupun divisi Sistem).

·  Kesimpulan
- Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kerangka kerja ITIL V3 2011 yakni Service Design dan COBIT 5 yakni APO09
- Hasil pengukuran tingkat kapabilitas terhadap manajemen tingkat layanan pada SISDM dengan menggunakan PAM (Process Assessment Model) masih berada pada level 2 (Managed Process).
- Tidak adanya katalog layanan, perjanjian tingkat layanan, evaluasi kinerja layanan dan pelaporan secara teratur dan formal sehingga bagian rekomedasi merupakan solusi terhadap pengelolaan perjanjian layanan di Perusahaan Elektronika di Surabaya.


Sumber :
publication.petra.ac.id
http://whosisyourdady.blogspot.com/2018/01/audit-tsi-pada-lingkungan-personal.html
https://www.academia.edu/6273482/SISTEM_INFORMASI_SUMBER_DAYA_MANUSIA
https://bagindokemas.wordpress.com/2009/04/22/personal-information-system/



Kamis, 13 Desember 2018

POST TEST MANAJEMEN KONTROL PROGRAMMING.


Struktur Team Organisasi Programmer


   1.      Chief Programmer Teams


Fungsi dan Cirinya :
1.      Chief Programmer :
Bertanggung jawab secara total/penuh untuk sistem dimana team bekerja
Harus seorang ahli
Seorang programmer yang sangat produktif
Bertanggungjawab dalam mendesain, coding, dan mengintegrasikan bagian yang kritis dalam sistem
Memberikan perintah kerja pada bagian back-up dan support programmers.
2.      Back-up Programmers :
Seorang programmer senior yang bertanggungjawab dalam memberikan dukungan penuh pada chief programmer
Harus bisa mengambil alih tugas chief programmer setiap saat
3.      Support Programmers:
Diperlukan pada saat proyek besar yang tidak bisa dikerjakan oleh chief programmer dan back-up programmer saja.
Menyediakan dukungan
Bekerja dalam pembuatan coding dan uji coba modul tingkat rendah ( testing lowerlevel)
4.      Librarian (penyedia data)
Bertanggungjawab dalam perawatan program production library.
Menyediakan input dan mengumpulkan keluaran untuk para programmer, file output dari hasil kompilasi dan ujicoba, mempertahankan agar source code dan object-code library tetap up to date.
Sruktur “ The Chief Programmer team “ ini di desain untuk mengurangi kebutuhan proses informasi antara anggota team dan untuk meningkatkan kapasitas dari proses informasi.
  
  
   2.      Penyesuaian Tim (Adaptives Teams)


Struktur ini diperuntukan untuk melayani 2 kebutuhan, yaitu:
1. Keinginan organisasi untuk meningkatkan kualitas program
2. Memenuhi kebutuhan sosial/ psikologi dari setiap anggota programmer dalam team. Perbedaan dari struktur ini dengan struktur sebelumnya adalah:
• Adaptive team tidak punya tigkat otoritas, dimana kepemimpinan dalam team ada di tangan para anggota.
• Dalam Adaptive team, tugas diberikan pada anggota dari team daripada ditentukan lewat posisi.
• Adaptive team tidak mempunyai aturan formal librarian (penyedia data) dalam mengkoordinasikan fungsi team.

   3.      Desentraliasi Pengendalian Tim (Controlled-Decentralized Teams)


Struktur ini mempunyai junior programmer yang akan melaporkan hasil program pada senior programmer, kemudian oleh senior programmer dilaporkan juga pada ketua proyek. Dengan struktur ini,manfaat/keuntungan dari struktur sebelumnya akan didapatkan.
Keuntungannya : dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana struktur dari grup ini akan memfasillitasi pemecahan masalah.
Kerugian : strukur ini tidak bisa bekerja dengan baik apabila tugas dari programmer tersebut tidak bisa di bagi-bagi, dan dengan waktu deadline yang sangat ketat.


Sumber :




PRETEST MANAJEMEN KONTROL PROGRAMMING


Tahapan Pengembangan Sistem dan Tugas Auditor

   1.      Perencanaan (Planning)
Manajemen dalam tahap ini digunakan untuk memperkirakan kebutuhan besarnya sumber daya (khususnya jam kerja) yang dibutuhkan dalam pengembangan, pengadaan, dan penerapan software. Contohnya pada pembuatan s/w di rumah (in house) manajemen harus berusaha untuk memperkirakan berapa jumlah baris kode (program) yang di ketik atau banyaknya fungsi yang dibuat.
Tugas auditor pada tahap ini adalah menentukan keaslian informasi dari manajemen, dan melihat kesalahan yang ada dalam tahap perencenaan merencanakan.

Pengendalian (Control)
Tujuan utama dari tahap ini adalah memonitor kemajuan dan beberapa tahap pada siklus hidup s/w agar tidak bertentangan dengan rencana awal serta mengontrol tugas pengembangan, pengadaan dan implementasi s/w, agar s/w dapat di produksi secara autentik, akurat dan lengkap.
Tugas auditor pada tahap ini adalah :
1. Auditor harus dapat mengevaluasi apakah fungsi dari aktivitas kontrol dapat diterapkan juga pada software yang berbeda.
2. Seorang auditor harus dapat mengumpulkan bukti apakah prosedur dari suatu kontrol sudah dijalankan dengan benar dan dapat dipercaya.

   2.      Perancangan (Design)
Pada tahap ini seorang programmer bertugas untuk menspesifikasikan struktur dan operasi dari program untuk menemukan artikulasi yang dibutuhkan selama tahap proses informasi sistem desain dari pengembangan sistem.
Tugas auditor pada tahap ini adalah :
·   Menentukan apakah programmer menggunakan suatu tipe khusus dari pendekatan sistematik untuk desain. Auditor harus mengubah keinginannya berdasarkan beberapa faktor seperti ukuran dan bahan dari suatu program.
·   Memperoleh bukti dari proses desain dengan melakukan interview, observasi, dan review dari dokumentasi.
·      Mengamati apakah programmer menggunakan pendekatan sistematik untuk mendesain program.
·  Meninjau dokumentasi program, apakah memiliki struktur chart sebagai bukti programmer menggunakan pendekatan yang sistematik untuk mendesain.

   3.      Pengkodean (Coding)
Tahap ini dilakukan pada saat s/w akan dibuat atau dimodifikasi. Selama tahap ini, programmer akan menulis dan mendokumentasikan source code (program sumber) dalam bahasa pemrograman untuk mengimplementasikan desain program.
           Tugas auditor pada tahap ini adalah :
·   Mencari bukti yang benar dengan cara uji coba oleh manajemen program dalam memilih strategi implementasi modul dan integrasi. Khususnya pada program yang besar, penggunaan strategi yang salah (jelek) dapat mengakibatkan program yang dihasilkan menjadi kurang berkualitas.
·    Melakukan wawancara untuk menguji apakah manajemen menggunakan pendekatan sistematik untuk memilih strategi implementasi modul dan integrasi.
·   Menguji dokumentasi program untuk memperoleh bukti tipe strategi yang telah diadopsi (dipilih).
·   Mengecek apakah programmer dalam membuat programnya menyediakan fasilitas otomatis sebagai alat bantu untuk mereka.

   4.      Pengetesan (Testing)
Tahap ini adalah tahap yang memeriksa logika dari suatu algoritma, detail program, desain, dan kecepatan penggunaan dari software yang telah dibuat. Tugas auditor pada tahap ini adalah melakukan seluruh pengujian dengan sedetail mungkin dan menentukan sumber masalah jika terdapat kesalahan dari hasil testing.

   5.      Pengoperasian dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance)
Mekanisme formal dalam monitoring status operasional program sangat diperlukan, ketika pengguna dari program adalah seluruh anggota organisasi yang terdiri dari berbagai macam latar belakang.
Ada 3 macam tipe dari perawatan (maintenance) yang diperlukan agar program tetap beroperasi:
1. Repair-maintenance-errors, perawatan dengan cara memperbaiki kesalahan.
2. Adaptive maintenance-users needs, perawatan dengan mengadaptasi pada keinginan user.
3. Perfective maintenance, perawatan dengan maksud agar diperoleh program yang sempurna
           Tugas auditor pada tahap ini adalah :
1.  Memastikan bahwa fase ini berjalan dengan efektif dan pelaporan secara berkala dapat dilakukan, serta proses perawatan bisa di kontrol dengan baik.
2.    Mencari bukti bawa manajemen telah meninjau sistem dengan baik dan bertanggungjawab didalam monitoring status dari operasional program dengan melakukan interview (wawancara), observasi, tinjauan pada dokumen yang menunjukkan bahwa sistem telah beroperasi dengan baik.
3.    Fokus pada kualitas dari kontrol proses maintenance.



Rabu, 21 November 2018

TUGAS KELOMPOK AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI # 2


Audit Through The Computer dan Audit Around The Computer


Metode audit yang sering digunakan oleh auditor adalah Audit around the computer, Audit through the computer, dan Audit With The Computer. Namun, pada tugas kali ini kami hanya akan menjelaskan tentang Audit through the computer dan Audit Around the computer saja.



Audit through the computer

Audit around the computer


Pengertian Secara Umum

Suatu pendekatan yang berorientasi pada computer dengan membuka black box dan secara langsung berfokus pada operasi pemprosesan dalam system computer

Suatu pendekatan audit dimana auditor memperlakukan computer sebagai black box, artinya pemrosesan aplikasi tidak diuji secara langsung

Pengertian Menurut Weber

Auditor menggunakan komputer untuk menguji logic dan pengendalian yang ada dalam komputer dan catatan yang dihasilkan oleh komputer

Audit terhadap suatu penyelenggaraan system informasi yang berbasis computer tanpa menggunakan kemampuan peralatan itu sendiri

Asumsi

Metode ini berasumsi bahwa apabila system pemrosesan mempunyai pengendalian yang memadai maka kesalahan dan penyalagunaan tidak akan terlewat untuk dideteksi. Sebagai akibatnya keluaran dapat diterima.

Metode ini hanya berfokus pada input dan output dari system aplikasi. Metode ini mengansumsikan jika input benar dan outpun benar, maka prosesnya dianggap benar.

Cocok Dalam Kondisi

1. Sistem aplikasi memroses input yang cukup besar dan menghasilkan output yang cukup besar pula, sehingga memperluas audit untuk meneliti keabsahannya.
2. Bagian penting dari struktur pengendalian intern perusahaan terdapat di dalam komputer yang digunakan.
3. Sistem logika komputer sangat kompleks dan memiliki banyak fasilitas pendukung
4. Adanya jurang yang besar dalam melaksanakan audit secara visual, sehingga memerlukan pertimbangan antara biaya dan manfaatnya.


1. Dokumen sumber tersedia dalam bentuk kertas (bahasa non mesin), artinya mash kasat mata dan dapat dilihat secara visual.
2. Dokumen-dokumen disimpan dalam file dengan cara yang mudah ditemukan.
3. Keluaran dapat diperoleh dari daftar yang terinci dan auditor mudah menelusuri setiap transaksi dari dokumen sumber kepada keluaran dan sebaliknya.
4. System computer yang diterapkan masih sederhana.
5. System computer yang diterapkan masih menggunakan software yang umum digunakan, telah diakui dan digunakan secara massal.

Kelebihan


1. Dapat meningkatkan kekuatan pengujian system aplikasi secara efektif.
2. Dapat memeriksa secara langsung logika pemrosesan dari system aplikasi.
3. Kemampuan system dapat menangani perubahan dan kemungkinan kehilangan yang terjadi pada masa yang akan datang.
4. Auditor memperoleh kemampuan yang besar dan efektif dalam melakukan pengujian terhadap system computer.
5. Auditor merasa lebih yakin terhadap kebenaran hasil kerjanya.

1. Cara paling efektif dengan pendekatan biaya. Karena biaya yang terkait dalam pelaksanaannya kecil.
2. Pelaksanaan audit lebih sederhana, lebih mudah dan dimengerti oleh semua orang.
3. Auditor yang memiliki pengetahuan minimal di bidang computer dapat dilatih dengan mudah untuk melaksanakan audit.
4. Tidak ada resiko terhadap kemungkinan hancurnya data sesungguhnya.

Kelemahan

1. Biaya yang dibutuhkan relative tinggi karena jumlah jam kerja yang banyak untuk dapat lebih memahami struktur pengendalian intern dari pelaksanaan system aplikasi.
2. Butuh keahlian teknis yang lebih mendalam untuk memahami cara kerja system.

1. Jenis aplikasi computer yang digunakan dengan baik sangat terbatas.
2. Pendekatan ini tidak memberikan informasi tentang kemampuan system untuk mengatasi perubahan.
3. Jika lingkungan berubah maka kemungkinan system itupun akan berubah dan perlu penyesuaian system atau program-programnya, bahkan mungkin struktur data/file, sehigga auditor tidak dapat menilai /menelaah apakah system masih berjalan baik.
4. Database biasanya dalam jumlah data yang banyak dan sulit untuk dilacak secara manual.
5. Auditor tidak akan memahami operasional didalam system computer.
6. Adanya pengabaian pada system pengolahan computer sehingga rawan adanya kesalahan potensial di dalam system.
7. Kemampuan computer sebagai fasilitas penunjang pelaksanaan audit menjadi tidak ada.
8. Tidak menyelesaikan maksud dan tujuan proses audit secara keseluruhan.




Audit Sistem Informasi Menggunakan COBIT 4.1 pada PT. Erajaya Swasembada, Tbk.

      Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi perpaduan antar dua bidang ilmu, khususnya pada bidang teknologi sistem informasi dan bidang akuntansi dengan spesifikasi audit sehingg menghasilkan bidang ilmu baru yaitu audit sistem informasi. Meskipun bidang ilmu ini baru muncul ke permukaan, tetapi sepak terjangnya sangat dibutuhkan. Perusahaan-perusahaan besar sangat membutuhkan peranan audit sistem informasi untuk memeriksa kehandalan dari sistem komputerisasi yang mereka gunakan dalam pengerjaan operasional perusahaan.
    Dunia bisnis pada masa sekarang sangat mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjalankan proses bisnisnya. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang penting bagi dunia bisnis untuk memahami dan mengerti aspek teknologi informasi dan komunikasi untuk dapat menerapkannya baik secara manajerial maupun teknikal pada proses bisnis dan kegiatan Ekspansinya.
    Prioritas utama diberikan terhadap suatu mekanisme kontrol atau pengendalian, baik intern maupun ekstern, untuk memastikan bahwa laporan dan keputusan yang diterima dan dihasilkan oleh manajemen merupakan suatu pengambilan keputusan yang jujur dan mempunyai integritas tinggi berdasarkan hasil proses audit yang dilakukan terhadap sistem berbasis teknologi informasi dan komunikasi organisasi bisnis yang bersangkutan.
       Adapun tujuan yang diinginkan dari audit sistem informasi ini adalah untuk menciptakan Good Corporate Governance di dalam suatu perusahaan. Pengendalian internal masa depan, tidak hanya cukup dengan pengendalian umum (general controls) dan pengendalian aplikasi dan formulir (application controls), melainkan dibutuhkan juga pengendalian batasan (boundary control), pengendalian proses (process control), dan pengendalian komunikasi aplikasi (application communication control).
      Salah satu standar penting dan efektif untuk diterapkan adalah COBIT atau Control Objectives for Information and Related Technology. COBIT dikeluarkan oleh organisasi bernama ISACA pada tahun 1992 dan merupakan standar yang berorientasi pada proses, berfokus pada sasaran bisnis dan merupakan alat manajerial dan teknikal untuk unit TI. Penelitian ini mengambil analisis keamanan dan integritas sistem informasi dengan menggunakan pengukuran COBIT 4.1 untuk mendukung tujuan bisnis tersebut.
    Penggunaan bantuan dan metode COBIT, memberi manfaat untuk perusahaan yang dapat membantu untuk menciptakan Good Corporate Governance di dalam suatu perusahaan serta membantu auditor, manajemen dan pengguna (user) untuk menjembatani GAP antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol (internal, application and access control), security dan permasalahanpermasalahan teknis melalui pengendalian terhadap masing-masing dari proses IT, serta meningkatkan tingkatan kemapanan proses dalam IT dan memenuhi ekspektasi bisnis dari TI.

·         Tentukan obyek audit yang akan dilakukan
    Obyek audit yang akan digunakan adalah pada studi kasus audit sistem informasi PT. Erajaya Swasembada, Tbk. menggunakan COBIT 4.1. Metode objek audit yang digunakan dalam kasus ini adalah Audit Around The Computer, karena kami tidak menguji langkah-langkah proses secara langsung tetapi membandingkan input dan output dari sistem.

A.   COBIT (Control Objective for Information and Related Technology)
   COBIT merupakan cara atau metode yang dapat ditempuh untuk dapat menganalisa, mengembangkan, mempublikasikan, dan mempromosikan suatu otorisasi. COBIT ini dapat membuat up-to-date suatu sistem perusahaan serta dapat diterima oleh tata kelola TI profesional. Tata kelola TI yang dikontrol dibawah naungan COBIT merupakan tata kelola TI bertaraf internasional. Menurut IT Governance Institute COBIT (Control Objective for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, manajemen, dan pengguna (user) untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan teknis.
     COBIT berorientasi pada bagaimana menghubungkan tujuan bisnis dengan tujuan TI, menyediakan metric dan maturity model untuk mengukur pencapaiannya, dan mengidentifikasi tanggung jawab terkait bisnis dan pemilik proses TI. Penilaian capability process berdasarkan maturity model COBIT merupakan bagian penting dari implementasi IT Governance setelah mengidentifikasi proses kritis TI dan pengendaliannya, maturity modeling memungkinkan gap teridentifikasi dan ditujukan pada manajemen. Dengan mengetahui gap tersebut maka selanjutnya rencana kerja dapat dikembangkan untuk membawa proses ini sampai dengan sasaran capability level yang diharapkan. Dengan demikian, COBIT mendukung pengelolaan TI dengan menyediakan kerangka untuk memastikan bahwa :
1. TI berjalan dengan bisnis
2. TI memungkinkan bisnis dan memakismalkan keuntungan
3. Sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab
4. Risiko TI dikelola dengan tepat

B.   Fungsi COBIT
     COBIT memiliki fungsi antara lain :
1.    Meningkatkan pendekatan/program audit.
2.    Mendukung audit kerja dengan arahan audit secara rinci
3.    Memberikan petunjuk untuk IT governance.
4. Sebagai penilaian benchmark untuk kendali Sistem Informasi/Teknologi Informasi.
5.    Meningkatkan kontrol Sistem Informasi/Teknologi Informasi.
6.    Sebagai standarisasi pendekatan/program audit.

    COBIT menyediakan langkah-langkah praktis terbaik yang dapat diambil dan lebih difokuskan pada pengendalian (control), yang selanjutnya dijelaskan dalam tahap dan framework proses. Manfaat dari langkah-langkah praktis terbaik yang dapat diambil tersebut antara lain :
1. Membantu mengoptimalkan investasi teknologi informasi yang mungkin dapat dilakukan.
2.   Menjamin pengiriman service.
3. Framework COBIT menggambarkan antara business dan aplikasi yang ditunjukkan pada gambar 2 Boundaries of General and Application Controls.

C.   Kelebihan Metode COBIT
    Pemilihan kerangka kerja dengan metode COBIT dikarenakan mempunyai beberapa kelebihan diantaranya:
1.    Memiliki konsep yang searah dengan pengelolaan perusahaan.
2.   Memiliki definisi yang lengkap, rinci dan terarah untuk pengelolaan sebuah perusahaan.
3. Memiliki konsep hubungan kausal yang erat, sehingga mudah untuk mengarahkan perusahaan, dari sasaran teknis ke strategis dan sebaliknya serta mampu menelusuri masalah dari lingkup yang besar ke lingkup yang lebih detil.

D.   Stuktur COBIT
  Struktur COBIT terdiri dari Excetive Summary, yang didukung dengan perangkat implementasi, kemudian framework yang dijabarkan menjadi 3 bagian yaitu Management Guidelines, Audit Guidelines, Detailed Control Objectives. Untuk Management Guidelines terdapat 4 indikator pengukuran yaitu Maturity Models, Control Success Faktor, Key Goal Indicators, dan Key Performance Indicators. Sedangkan Detailed Control Objectives dijabarkan dalam beberapa Control Practice.

E.    Kerangka Kerja COBIT
   Kerangka kerja COBIT yang memberikan model referensi proses untuk dapat mengamati dan mengelola aktivitas TI, serta kerangka kerja untuk mengukur dan memonitor kinerja TI, berkomunikasi dengan penyedia layanan dan memadukan praktek-praktek manajemen terbaik. Sebuah model proses mendorong kepemilikan prses, memungkinkantanggung jawab dan akuntabilitas untuk didefinisikan.
    Secara keseluruhan kerangka kerja COBIT dengan model proses COBIT terdiri dari 4 domain yaitu :
1.   Planning and Organizing (PO), domain ini mencakup level strategis dan taktis, dan konsennya pada identifikasi cara TI yang dapat menambah pencapaian terbaik tujuan-tujuan bisnis.
2.    Acquisition and Implementation (AI), solusi TI yang perlu diidentifikasikan, dikembangkan atau diperlukan, serta diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses bisnis.selain itu perubahan sistem dan pemeliharaannya dilindungi untuk memastikan solusi TI memenuhi tujuan bisnis.
3.   Deliver and Support (DS), domain ini menyangkut pencapaian aktual dari layanan yang diperlukan dengan menyusun operasi tradisional terhadap keamanan dan aspek kontinuitas sampai pada pelatihan. Domain ini termasuk data aktual melalui sistem aplikasi, yang sering diklasifikasikan dalam pengendalian aplikasi.
4.   Monitor and Evaluate (ME), semua proses TI perlu dinilai secara teratur atas suatu waktu untuk kualitas dan pemenuhan kebutuhan pengendalian. Domain ini mengarahkan kesalahan manajemen pada proses pengendalian organisasi dan penjaminan independen yang disediakan oleh audit internal dan eksternal atau diperoleh dari sumber alternatif.

   Keempat domain tersebut diatas kemudian dijabarkan menjadi 34 faktor resiko yang harus dievaluasi jika ingin diperoleh suatu kesimpulan mengenai seberapa besar kepedulian manajemen terhadap teknologi informasi, serta bagaimana teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi. Keempat Domain tersebut dapat pula digambarkan dalam bentuk gambar dibawah ini yang juga terdapat 34 High level objectives dan 6 Publikasi.

                       
Gambar 1. Kerangka Kerja COBIT

F.    Skala Maturity dari Kerangka Kerja COBIT
   Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur level pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT yang. Sebagai contoh adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.
   Penerapan yang tepat pada tata kelola TI di suatu lingkungan Enterprise, tergantung pada pencapaian tiga aspek maturity (kemampuan, jangkauan dan kontrol). Peningkatan maturity akan mengurangi resiko dan meningkatkan efisiensi, mendorong berkurangnya kesalahan dan meningkatkan kuantitas proses yang dapat diperkirakan kualitasnya dan mendorong efisiensi biaya terkait dengan penggunaan sumber daya TI.
    Maturity model dapat digunakan untuk memetakan :
1.  Status pengelolaan TI perusahaan pada saat itu.
2.  Status standart industri dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
3.  Status standart internasional dalam bidang TI saat ini (sebagai pembanding)
4. Strategi pengelolaan TI perusahaan (ekspetasi perusahaan terhadap posisi pengelolaan TI perusahaan)

·         Rencana Audit yang Dilakukan
     Adapun tujuan audit yang akan kami lakukan, sebagai berikut :
1.  Melihat bagaimana penerapan kinerja departemen TI perusahaan ditinjau dari pengendalian aplikasi “Erajaya Live Application Server” dalam proses ERP yang dijalankan pada PT Erajaya Swasembada, Tbk dan kesiapan departemen TI dalam melaksanakan proses-proses TI.
2. Meningkatkan kualitas pengendalian keamanan dan integritas data dari sistem informasi yang berjalan dalam lingkungan TI perusahaan, serta meminimalkan risiko sampai tingkat acceptable.

  Rencana audit yang akan kami lakukan adalah Melakukan studi kepustakaan, Melakukan perencanaan pemeriksaan, Melakukan penelitianan pendahuluan, elakukan identifikasi dan analisis masalah, Melakukan pelaksanan pemeriksaan, dan Membuat laporan hasil pemeriksaan dimana kami akan menjabarkan temuan audit.
1. Melakukan studi kepustakaan, yaitu pembelajaran mengenai audit sistem informasi, khususnya mengenai metode audit COBIT 4.1, yang mencakup Plan and Organise, Acquire and Implement, Deliver and Support, dan Monitor and Evaluate.
2. Melakukan perencanaan pemeriksaan, yaitu melakukan observasi awal; merumuskan masalah yang akan diteliti; dan mengajukan permohonan penelitian kepada pihak terkait.
3. Melakukan penelitian pendahuluan, yaitu merumuskan program audit yang akan dijalankan.
4. Melakukan identifikasi dan analisis masalah, yaitu menganalisa efektivitas pelaksanaan pengendalian aplikasi.
5. Melakukan pelaksanan pemeriksaan, yaitu dengan mengajukan kuesioner; melakukan wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi; melakukan evaluasi atas penerapan pengendalian aplikasi tersebut.
6. Membuat laporan hasil pemeriksaan dimana kami akan menjabarkan temuan audit, memberikan rekomendasi dan saran-saran perbaikan, serta menyimpulkan hasil penelitian.

·         Susun Instrumen Audit yang akan Digunakan
    Pada tahapan ini kami melaksanakan program audit dengan mengumpulkan bukti-bukti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode penelitian lapangan, yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung obyek yang akan diteliti untuk memperoleh data primer. Sehubungan untuk mendapat data sekunder yang berhubungan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian, maka Instrumen audit yang akan kami gunakan adalah :
1.    Dokumentasi
2.    Observasi
3.    Komunikasi dengan Wawancara dan Kuesioner

·         Petunjuk Penggunaan Instrumen Audit yang Akan Digunakan
     Berikut ini adalah petunjuk instrumen audit yang akan kami gunakan :
1.      Dokumentasi
   Upaya mendapatkan informasi, kami mengumpulkan data tertulis atau dokumen-dokumen dari perusahaan, yaitu bagan struktur organisasi, uraian tugas serta tanggung jawab, jenis software yang digunakan, printscreen dari software yang digunakan, serta dokumen lain yang berkaitan dengan penerapan sistem aplikasi ERP pada PT. Erajaya Swasembada Tbk.
2.      Observasi
  Kami melakukan observasi langsung di perusahaan PT. Erajaya Swasembada Tbk yang berhubungan dengan sistem aplikasi ERP perusahaan. Pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.       Analisis catatan (record analysis), meliputi catatan historis atau masa kini dan catatan umum atau pribadi, berupa tertulis, dalam bentuk print-out.
b.         Analisis kondisi fisik (physical condition analysis), analisis kondisi fisik dari obyek yang diteliti, menganalisa hardware yang digunakan oleh PT. Erajaya Swasembada Tbk.
c.  Analisis proses atau aktivitas (process or activity analysis), kami menganalisa aktivitas pelaksanaan input dan output yang dihasilkan serta aktivitas pengendalian aplikasi terhadap proses tersebut. Aktivitas ini menggunakan pendekatan auditing around the computer, suatu pendekatan dengan memperlakukan komputer sebagai black box. Kami tidak menguji langkah-langkah proses secara langsung tetapi membandingkan input dan output dari sistem. Diasumsikan bahwa jika input benar akan diwujudkan pada output, sehingga pemrosesannya juga benar dan tidak melakukan pengecekan terhadap pemrosesan komputer secara langsung.
3.      Komunikasi dengan Wawancara dan Kuesioner.
     Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara secara personal kepada pihak manajerial TI dengan Bpk Rencana Ginting (Cana), dan wawancara yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Pembuatan kuesioner menggunakan pendekatan COBIT 4.1. Setelah melakukan penyebaran kuisioner dilakukan mapping / pengidentifikasian pertanyaan tiaptiap proses TI. Hal ini bertujuan agar informasi tiap-tiap proses TI COBIT dapat terpenuhi.         Penyebaran kuesioner berjumlah 5 responden yang tersebar di divisi TI sebanyak 1 responden, divisi Finance sebanyak 1 responden, divisi Sales sebanyak 1 responden, divisi Warehouse sebanyak 1 responden, dan divisi Purchasing sebanyak 1 responden, maka didapatkan jawaban yang sama untuk pertanyaan ya dan tidak, dengan komentar yang sedikit berbeda untuk setiap responden.
       Kuesioner memiliki 2 jenis yaitu kuesioner untuk TI dan kuesioner untuk non-TI. Kuesioner untuk TI terdiri dari 88 pertanyaan, yaitu 11 pertanyaan kuesioner pengendalian umum (General Controls), 17 pertanyaan pengendalian batasan (Boundary Controls), 12 pertanyaan pengendalian masukan (Input Controls), 10 pertanyaan pengendalian proses (Process Controls), 4 pertanyaan pengendalian keluaran (Output Controls), 17 pertanyaan pengendalian basisdata (Database Controls), 12 pertanyaan pengendalian komunikasi aplikasi (Application Communication Controls), dan 5 pertanyaan pengendalian sistem operasi (Operating System Controls).
     Sedangkan kuesioner untuk non-TI terdiri dari 65 pertanyaan, yaitu 8 pertanyaan kuesioner pengendalian umum (General Controls), 12 pertanyaan pengendalian batasan (Boundary Controls), 22 pertanyaan pengendalian masukan (Input Controls), 8 pertanyaan pengendalian proses (Process Controls), 14 pertanyaan pengendalian keluaran (Output Controls), dan 1 pertanyaan pengendalian komunikasi aplikasi (Application Communication Controls).

·         Kesimpulan Hasil Audit
  Setelah melakukan tahap mengumpulkan bukti-bukti berupa hasil wawancara, observasi, dan kuesioner yang kemudian dievaluasi, maka dikumpulkan hasil temuan-temuan audit sebagai berikut:
vTidak digunakan Uninteruptable Power Supply (UPS) yang mampu menstabilkan tegangan listrik pada tiap-tiap komputer yang ada.
vTidak terdapat dry-pipe automatic sprinkler hanya terdapat tabung pemadam kebakaran.
vTidak terdapat alat untuk menutup hardware dengan bahan tahan air dan udara sewaktu tidak digunakan.
vTidak terdapat kontrol dalam hal membawa makanan dan minuman di dekat peralatan komputer.
vTidak terdapat Team Disaster Recovery Plan yang bertugas menangani kerusakan oleh bencana.
vTidak ada perencanaan ataupun penganggaran khusus berkenaan dengan tim pemulihan bencana.
vTidak terdapat perubahan warna pada interface, jika terjadi kesalahan penginputan.
vSistem tidak mampu mencegah atau mendeteksi kehilangan data selama pemrosesan.
vSistem aplikasi tidak membatasi sistem umur password.
vTidak ada penggabungan huruf kecil, besar, simbol, dan angka pada password.
vSistem aplikasi tidak membatasi kegagalan login akses.
vKesalahan yang telah terlanjur diinput tidak dapat di-edit / diperbaiki.
vRespon sistem aplikasi di setiap penginputan memakan waktu cukup lama.
vTidak terdapat log activity pada sistem aplikasi.
vTidak terdapat pemberian dan pengakhiran akses pengguna ke basis data.
vTidak terdapat kerangka kerja khusus untuk proyek TI, monitoring hanya dilakukan ad hoc oleh ketua team proyek.



DAFTAR PUSTAKA

http://ejournals.umn.ac.id
publication.gunadarma.ac.id
http://widiastuti.staff.gunadarma.ac.id/